Jumat, 06 Agustus 2010

Teori Komunikasi : Pelanggaran Harapan (Judee Burgon)

Teori pelanggaran harapan berfokus pada mempelajari berbagai pesan dan pengaruh komunikasi nonverbal terhadap produksi pesan. Teori ini menjadi teori utama dalam mengidentifikasai pengaruh komunikasi nonverbal terhadap perilaku. Teori ini menyatakan setiap orang memiliki pengharapan perilaku nonverbal dari orang lain. Oleh karena itu, apabila perilaku nonverbal yang diterima tidak sesuai dengan yang diinginkan maka akan terjadi pelanggaran harapan.

Hubungan Ruang
Ruang yang dimaksud adalah ruang yang digunakan dalam sebuah percakapan. Setiap orang memiliki kebutuhan untuk berafiliasi dan ruang pribadi. Oleh karena itu, mereka dalam melakukan percakapan, mereka menjaga jarak dirinya dengan orang lain dengan menggunakan ruang. Seperti yang ditekankan dari teori ini, bahwa komunikasi nonverbal memiliki pengaruh terhadap produksi pesan, komunikasi nonverbal yang dimaksud adalah jarak yang dipilih seseorang terhadap orang lain.
Zona proksemik merupakan jarak yang dipilih seseorang terhadap orang lain dalam percakapan, diantaranya:
1. Jarak intim (0-18 inci), zona spasial yang sangat dekat. Dalam zona ini orang membicarakan hal yang sangat pribadi. Biasanya dengan orang terdekat atau pasangan.
2. Jarak personal (18 inci-4 kaki), zona spasial yang digunakan untuk keluarga dan teman.
3. Jarak sosial (4-12 kaki), zona yang digunakan untuk hubungan-hubungan formal seperti dengan rekan kerja.
4. Jarak publik (lebih dari 12 kaki), zona yang digunakan untuk diskusi yang sangat formal seperti dosen dengan mahasiswa.
Ada elemen tambahan yaitu kewilayahan yang juga harus diperhatikan. Kewilayahan yang dimaksud adalah kepemilikan seseorang akan sebuah area atau benda. Ada tiga jenis kewilayahan, yaitu : kewilayahan primer (menunjukkan kepemilikan eksklusif seorang terhadap sebuah area atau benda), kewilayahan sekunder (merupakan afiliasi seseorang dengan sebuah area atu benda) dan kewilayahn publik (menandai tempat-tempat terbuka untuk semua orang).

Asumsi Teori Pelanggaran Harapan
1. Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia.
2. Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari
3. Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.

Valensi Penghargaan Komunikator
Valensi adalah jumlah dari karakteristik-karakteristik positif dan negatif dari seseorang dan potensi bagi orang untuk memberikan penghargaan atau hukuman. Dalam hal ini yang perlu diingat tidak semua pelanggaran harapan dinilai sebagai sesuatu yang negatif, bahkan terkadang bias ditangkap sebagai sesuatu yang positif.

Rangsangan
Rangsangan adalah minat atau perhatian yang meningkat ketika penyimpangan harapan terjadi. Seseorang dapat terangsang secara kognitif maupun fisik. Rangsangan kognitif adalah kesiagaan atau orientasi terhadap pelanggaran. Sedangkan rangsangan fisik adalah perilaku-perilaku yang digunakan komunikator dalam sebuah interaksi.

Batas Ancaman
Begitu rangsangan timbul, ancaman akan timbul. Batas ancaman adalah jarak dimana orang yang berinteraksi mengalami ketidaknyamanan fisik dan fisiologis dengan kehadiran orang lain. Dalam kata lain, batas ancaman adalah toleransi bagi pelanggar jarak. Burgoon menyatakan “ketika jarak disamakan dengan ancaman, jarak yang lebih dekat dilihat sebagai lebih mengancam dari jarak yang lebih jauh lebih aman”.

Valensi Pelanggaran
Dalam teori ini, ditekankan bahwa ketika orang berbicara pada orang lain, mereka memiliki harapan. Ketika harapan dilanggar, banyak orang mengevaluasi pelanggaran tersebut berdasarkan sebuah valensi pelanggaran (penilaian positif atau negatif dari sebuah perilaku yang tidak terduga). Valensi pelanggaran berbeda dengan valensi penghargaan komunikator. Valensi pelanggaran lebih berfokus pada penyimpangan itu sendiri. Valensi pelanggaran melibatkan pemahaman suatu pelanggaran melalui interpretasi dan evaluasi (Burgoon dan Hale, 1988). Singkatnya, para komunikator berusaha untuk menginterpretasikan makna dari sebuah pelanggaran dan memutuskan apakah mereka menyukainya atau tidak. Sedangkan apabila pelanggaran tersebut bersifat ambigu atau tidak kentara secara jelas maka lebih baik menggunakan valensi penghargaan komunikator dalam memandang pelanggaran tersebut.

Daftar Pustaka
West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar