Jumat, 06 Agustus 2010

Teori Komunikasi : Paradigma Naratif (Walter Fisher)

Paradigma naratif mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seseorang pencerita dan bahwa pertimbangan akal ini, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia lebih mudah terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus daripada argument yang baik. Paradigm naratif mengkonsepkan bahwa manusia adalah pencerita dan manusia mengalami kehidupan dalam suatu bentuk narasi.
Logika narasi lebih dipilih dibandingkan logika tradisional yang digunakan dalam argumentasi. Logika narasi (logika dari pemikiran yang luas), menyatakan bahwa orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut (mempunyai koherensi) dan terdengar benar (mempunyai ketepatan). Paradigm naratif memungkinkan sebuah penilaian demokratis terhadap pembicara karena tidak ada seorang pun yang harus dilatih secara khusus agar mampu menarik kesimpulan berdasarkan konsep koherensi dan kebenaran.

Asumsi Paradigma Naratif
1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
2. Keputusan mengenai harga diri dari sebuah cerita didasarkan pada “pertimbangan yang sehat”.
3. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.
4. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah cerita.
5. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita, dan kita harus memilih dari cerita yang ada.

Konsep Kunci dalam Pendekatan Naratif
Beberapa konsep kunci yang membentuk inti dari kerangka pendekatan naratif, yaitu:
1. Narasi, adalah deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
2. Rasionalitas naratif, adalah standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan.
3. Koherensi, adalah konsistensi internal dari sebuah naratif. Tiga tipe konsistensi dalam koherensi, yaitu:
• Koherensi structural, berpijak pada tingkatan dimana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar.
• Koherensi material, merujuk pada tingkat kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang sepertinya berkaitan dengan cerita tersebut.
• Koherensi karakterologis, merujuk pada dapat dipercaya karakter-karakter didalam sebuah cerita.
4. Kebenaran, adalah reliabilitas dari sebuah cerita.
5. Logika dengan pertimbangan yang sehat, adalah seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagi benar dan berharga untuk diterima: memberikan suatu metode untuk menikai kebenaran. Hal ini berarti bahwa pertimbangan yang sehat manapun setara dengan yang lainnya: ini berarti bahwa apapun yang mendorong orang untuk percaya sebuah naratif tergantung pada nilai atau konsepsi yang baik.

Daftar Pustaka
West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika, 2008












Tidak ada komentar:

Posting Komentar