Pada
awalnya, pembentukan hubungan dalam format computer
mediated communication dianggap tidak mungkin karena mereka hanya
menyediakan satu saluran untuk berinteraksi, yaitu teks (atau verbal).
Disamping itu, format computer mediated communication
dianggap sebagai alat yang kurang berguna untuk mengejar tujuan-tujuan sosial
karena memiliki lebih sedikit saluran untuk berinteraksi bila dibandingkan
dengan interaksi secara tatap muka (face-to-face)
yang menyediakan banyak saluran untuk berinteraksi. Saat ini, Walter (Griffin, 2011:139) mengakui bahwa banyak bentuk-bentuk
baru dari komunikasi secara online, seperti situs jejaring sosial (social networking), yang tidak memiliki
keterbatasan seperti computer mediated
communication.
Joseph Walther (Littlejohn dan
Foss, 2009:897) memperkenalkan Social
Information Processing sebagai perspektif alternatif dalam memandang
fenomena pengembangan hubungan dalam format computer
mediated communication. Social
Information Processing menjelaskan bagaimana komunikator bertemu melalui
komunikasi berbasis teks komputer, mengembangkan kesan dan hubungan
interpersonal. Dalam cluster teori
komunikasi yang menjelaskan pengembangan hubungan, Social Information Processing mirip dengan Social Penetration Theory dan Uncertainity
Reduction Theory. Namun, Social
Information Processing menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal
sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan
kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi
dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan
hipersonal.
Social Information Processing tidak membantah bahwa alat yang
dimediasi komputer membatasi jumlah isyarat non-verbal (format berbasis teks,
seperti email dan pesan instan yang bergantung pada pesan yang diketik, bukan
yang visual dan/atau audio) yang tersedia bagi komunikator. Teori ini justru
menyarankan bahwa komunikator beradaptasi dengan setiap pembatasan terhadap
mereka oleh media. Teori ini menyatakan bahwa pesan-pesan yang diketik setara
dengan saluran verbal dalam tatap muka (face-to-face),
sehingga menolak klaim bahwa alat yang dimediasi komputer kurang berguna untuk
pembentukan kesan dan hubungan interpersonal. Dengan demikian, karena
komunikator harus bergantung pada pesan yang diketik sebagai saluran utama
mereka, isyarat verbal yang dikandungnya adalah pengaruh kuat terhadap
pembentukan kesan dan hubungan
interpersonal berikutnya.
Social Information Processing juga menyatakan bahwa kendala
temporal, atau lamanya waktu komunikator harus bertukar pesan adalah pengaruh
utama pada jenis hubungan yang akan mereka bentuk. Bila dibandingkan dengan
tatap muka, tentunya komunikasi yang dimediasi komputer membutuhkan waktu yang
lebih lama. Logikanya adalah computer
mediated communication membatasi jumlah waktu komunikator untuk
berinteraksi, dan hal ini disebabkan karena komunikator hanya memiliki satu
saluran saja yang bisa dipergunakan, serta hal ini mengisyaratkan bahwa computer mediated communication lebih
cocok untuk interaksi yang berorientasi kerja saja. Sehingga, Social Information Processing
memprediksi bahwa ketika komunikator hanya diperbolehkan dalam jumlah waktu
terbatas untuk bertukar pesan, maka hubungan atau impersonal mereka tidak dapat
menghasilkan banyak keintiman atau tidak memiliki afiliasi sesuai yang
diharapkan. Namun, ketika komunikator diizinkan untuk bertukar pesan tanpa
batasan temporal, teori ini memprediksi hubungan interpersonal atau
perkembangan yang mereka tunjukkan akan sebanding dengan yang dihasilkan dalam
komunikasi tatap muka. Dalam keadaan tertentu, kurangnya
kendala temporal dapat menyebabkan hubungan yang melebihi afiliasi dan
keintiman dari tingkat biasanya yang dapat dicapai secara pribadi. Hubungan hiperpersonal
ini adalah hasil dari (a) pengirim secara selektif menampilkan diri untuk
menciptakan kesan positif, (b) penerima menafsirkan pesan dengan cara yang bias
karena lebih banyak atribut karakteristik positif, (c) saluran mediasi
memungkinkan untuk kontrol yang lebih besar atas penciptaan pesan (misalnya,
e-mail), dan (d) umpan balik yang menghasilkan ramalan memenuhi kepositifan.
Pada
mulanya, Social Information Processing
mengasumsikan bahwa komunikator akan termotivasi untuk membangun hubungan
online karena alasan mereka secara pribadi. Namun, pada perkembangannya kini,
dapat diidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dorongan motivasi untuk
membangun hubungan online, yaitu : (1) antisipasi interkasi berikutnya di masa
depan, dan (2) skeptisisme. Interaksi masa depan diduga mengacu pada prospek
bahwa komunikator yang bertemu secara online akan terus memiliki kontak ke masa
depan. Komunikator yang mengharapkan kontak dengan mitra mereka di masa depan
lebih mungkin untuk bertukar pesan lebih banyak dan membangun hubungan,
daripada yang tidak mengharapkan kontak di masa depan. Sedangkan skeptisisme
mengacu pada sikap komunikator terhadap penggunaan computer mediated communication untuk membangun persahabatan. Komunikator
yang kurang skeptis membentuk lebih banyak persahabatan online, dibandingkan
dengan yang memiliki level skeptisime yang tinggi (Littlejohn dan Foss,
2009:897-899)
Sumber :
Griffin, Em. (2011). A First Look at Communication Theory. 8th Editions. New York, USA : McGraw-Hill Companies
Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. Thousand Oaks, California USA : SAGE Publication Inc.