Senin, 05 Agustus 2013

Teori Komunikasi : Social Information Processing (Joseph Walther)

Pada awalnya, pembentukan hubungan dalam format computer mediated communication dianggap tidak mungkin karena mereka hanya menyediakan satu saluran untuk berinteraksi, yaitu teks (atau verbal). Disamping itu, format computer mediated communication dianggap sebagai alat yang kurang berguna untuk mengejar tujuan-tujuan sosial karena memiliki lebih sedikit saluran untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan interaksi secara tatap muka (face-to-face) yang menyediakan banyak saluran untuk berinteraksi. Saat ini, Walter (Griffin, 2011:139) mengakui bahwa banyak bentuk-bentuk baru dari komunikasi secara online, seperti situs jejaring sosial (social networking), yang tidak memiliki keterbatasan seperti computer mediated communication.

Joseph Walther (Littlejohn dan Foss, 2009:897) memperkenalkan Social Information Processing sebagai perspektif alternatif dalam memandang fenomena pengembangan hubungan dalam format computer mediated communication. Social Information Processing menjelaskan bagaimana komunikator bertemu melalui komunikasi berbasis teks komputer, mengembangkan kesan dan hubungan interpersonal. Dalam cluster teori komunikasi yang menjelaskan pengembangan hubungan, Social Information Processing mirip dengan Social Penetration Theory dan Uncertainity Reduction Theory. Namun, Social Information Processing menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan hipersonal. 

Social Information Processing tidak membantah bahwa alat yang dimediasi komputer membatasi jumlah isyarat non-verbal (format berbasis teks, seperti email dan pesan instan yang bergantung pada pesan yang diketik, bukan yang visual dan/atau audio) yang tersedia bagi komunikator. Teori ini justru menyarankan bahwa komunikator beradaptasi dengan setiap pembatasan terhadap mereka oleh media. Teori ini menyatakan bahwa pesan-pesan yang diketik setara dengan saluran verbal dalam tatap muka (face-to-face), sehingga menolak klaim bahwa alat yang dimediasi komputer kurang berguna untuk pembentukan kesan dan hubungan interpersonal. Dengan demikian, karena komunikator harus bergantung pada pesan yang diketik sebagai saluran utama mereka, isyarat verbal yang dikandungnya adalah pengaruh kuat terhadap pembentukan kesan dan hubungan  interpersonal berikutnya. 

Social Information Processing juga menyatakan bahwa kendala temporal, atau lamanya waktu komunikator harus bertukar pesan adalah pengaruh utama pada jenis hubungan yang akan mereka bentuk. Bila dibandingkan dengan tatap muka, tentunya komunikasi yang dimediasi komputer membutuhkan waktu yang lebih lama. Logikanya adalah computer mediated communication membatasi jumlah waktu komunikator untuk berinteraksi, dan hal ini disebabkan karena komunikator hanya memiliki satu saluran saja yang bisa dipergunakan, serta hal ini mengisyaratkan bahwa computer mediated communication lebih cocok untuk interaksi yang berorientasi kerja saja. Sehingga, Social Information Processing memprediksi bahwa ketika komunikator hanya diperbolehkan dalam jumlah waktu terbatas untuk bertukar pesan, maka hubungan atau impersonal mereka tidak dapat menghasilkan banyak keintiman atau tidak memiliki afiliasi sesuai yang diharapkan. Namun, ketika komunikator diizinkan untuk bertukar pesan tanpa batasan temporal, teori ini memprediksi hubungan interpersonal atau perkembangan yang mereka tunjukkan akan sebanding dengan yang dihasilkan dalam komunikasi tatap muka. Dalam keadaan tertentu, kurangnya kendala temporal dapat menyebabkan hubungan yang melebihi afiliasi dan keintiman dari tingkat biasanya yang dapat dicapai secara pribadi. Hubungan hiperpersonal ini adalah hasil dari (a) pengirim secara selektif menampilkan diri untuk menciptakan kesan positif, (b) penerima menafsirkan pesan dengan cara yang bias karena lebih banyak atribut karakteristik positif, (c) saluran mediasi memungkinkan untuk kontrol yang lebih besar atas penciptaan pesan (misalnya, e-mail), dan (d) umpan balik yang menghasilkan ramalan memenuhi kepositifan. 
 
Pada mulanya, Social Information Processing mengasumsikan bahwa komunikator akan termotivasi untuk membangun hubungan online karena alasan mereka secara pribadi. Namun, pada perkembangannya kini, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dorongan motivasi untuk membangun hubungan online, yaitu : (1) antisipasi interkasi berikutnya di masa depan, dan (2) skeptisisme. Interaksi masa depan diduga mengacu pada prospek bahwa komunikator yang bertemu secara online akan terus memiliki kontak ke masa depan. Komunikator yang mengharapkan kontak dengan mitra mereka di masa depan lebih mungkin untuk bertukar pesan lebih banyak dan membangun hubungan, daripada yang tidak mengharapkan kontak di masa depan. Sedangkan skeptisisme mengacu pada sikap komunikator terhadap penggunaan computer mediated communication untuk membangun persahabatan. Komunikator yang kurang skeptis membentuk lebih banyak persahabatan online, dibandingkan dengan yang memiliki level skeptisime yang tinggi (Littlejohn dan Foss, 2009:897-899)

Sumber :
Griffin, Em. (2011). A First Look at Communication Theory. 8th Editions. New York, USA : McGraw-Hill Companies
Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. Thousand Oaks, California USA : SAGE Publication Inc.